Kamis, 28 Desember 2017

Piagam Gumi Sasak : Bukti Eksistensi Budaya Sasak



Diera modern seperti saat ini, dengan berbagai gempuran budaya dari luar yang masuk ke indonesia secara perlahan mulai mengikis budaya asli negara kita, terlebih lagi dikalangan pemuda saat ini, Sungguh ironi memang, para pemuda zaman skarang lebih menggandrungi budaya luar ketimbang budaya sendiri, hal ini berlaku juga di salah satu pulau kecil nan indah di bagian tengah indonesia. Pulau Lombok, yang dijuluki pulau seribu masjid dan pulau dengan masyarakat suku sasak yang terkenal akan keramahan dan kesopan santunan mereka. Budaya sasak sangat kental terasa diberbagai pelosok pulau Lombok, namun seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan tersebut mulai perlahan terkikis oleh arus globalisasi.

Melihat kondisi ini, salah seorang profesor bersama beberapa pemerhati sejarah dan budaya di pulau lombok. Mengikrarkan sebuah pernyataan yang sangat mengejutkan, pernyataan tersebut dikenal dengan nama "Piagam Gumi Sasak". Piagam ini di ikrarkan untuk mengangkat kembali dan melestarikan budaya sasak yang mulai tergerus oleh zaman.
Piagam ini dimaksudkan agar semua generasi muda sasak dapat melestarikan kembali kebudayaan daerah asal mereka.
Berikut isi "Piagam Gumi Sasak"

PIAGAM GUMI SASAK
BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIM
Menjadi bangsa Sasak adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT dan generasi mendatang. Menunaikan amanah Sasak itu sejatinya merupakan matarantai sejarah kemanusiaan, melalui symbol-symbol yang diletakkan dalam pemikiran bangsa Sasak yang terhampar di Gumi Paer. Symbol-simbol yang diletakkan itu merupakan tanda-tanda yang terbaca yang membawa kembali menuju jati dirinya yang sebenarnya.
Perjalanan sejarah bangsa Sasak yang diwarnai  oleh hikmah yang tertuang dalam berbagai bencana yang menenggelamkan, mengaburkan , dan menistakan keluhuran  budaya Sasak. Berbagai catatan penekanan, pendangkalan makna, pengetahuan jati diri, sampai pembohongan sejarah dengan berbagai kepentingan para penguasa yang masih berlangsung hingg saat ini, melalui pencitraan budaya  dan sejarah bangsa yang ditulis dengan perspektif dan kepentingan kolonialisme dan imperialism modern. Hal itu telah membuat bangsa ini menjadi bangsa inferior yang tak mampu  tegak di antara bangsa-bangsa  lain dalam rangka menegakkan amanat kefitrahannya sebagai  bangsa.
Sadar akan hal tersebut, kami anak-anak bangsa sasak mengumumkan PIAGAM GUMI SASAK sebagai berikut :
Pertama :
Berjuang bersama menggali dan menegakkan jati diri bangsa Sasak demi kedaulatan  dan kehormatan budaya Sasak
Kedua :
Berjuang bersama memelihara, menjaga dan mengembangkan khazanah intelektual bangsa Sasak agar terpelihara kemurnian kebenarannya, kepatutan, dan keindahannya sesuai dengan roh budaya Sasak.
Ketiga:
Berjuang bersama menegakkan harkat dan martabat bangsa Sasak melalui karya-karya kebudayaan yang membawa bangsa Sasak menjadi bangsa yang maju dan menjunjung tinggi nilai religiusitas dan tradisionalitas.
Keempat :
Berjuang bersama membangun citra sejati bangsa Sasak baru dengan kejatidirian yang kuat untuk menghadapi tantangan peradaban masa depan.
Kelima :
Berjuang bersama dalam satu tatanan masyarakat adat yang egaliter, bersatu dan berwibawa dalam bingkai Negara Kesatuan Repuplik Indonesia.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan serta memberkahi perjalanan bangsa Sasak menuju kemaslahatan seluruh umat manusia.

Mataram, 14 Mulut Tahun Jenawat / 1437 H
26 Desember 2015
Ditandatangani bersama kami,
  1. Drs. Lalu Azhar
  2. Drs. Haji Lalu Mujtahid
  3. Drs. Lalu Baiq Windia M.Si
  4. TGH. Ahyar Abduh
  5. Drs. Haji Husni Mu’adz MA., Ph. D
  6. Dr. Muhammad Fajri, M.A
  7. Dr. Jamaludin, M. Ag
  8. Dr. Lalu Abd. Kholik, M.Hum.
  9. Drs. H. A. Muhit Ellepaki, M. Hum
  10. Dr. H. Sudiman M. Pd
  11. Dr. H. L., Agus Fathurraman
  12. Mundzirin
  13. L. Ari Irawan, SE., S. PD., M. Pd

 Menurut bapak Murahim M.Pd,  dosen sastra di FKIP unram sekaligus budayawan Sasak yang kami temui diruangannya (Rabu/27/12/2017) “ Kami sebagai tokoh budaya merasa bertanggung jawab bagaimana memperbaiki dan mengarahkan budaya kepada yang seharusnya dan itu tidak bisa kami lakukan sndiri oleh karena itu kami mengumpulkan semua tokoh budaya,tokoh-tokoh agama, dan majlis adat Sasak, pengemban Gumi Paer sehingga munculnya manifesto kebudayaan namun nama diganti dengan Piagam Gumi Sasak”.
          
   Hal serupa juga disampaikan oleh Dr. Muhammad Fadjri selaku budayawan dan dosen di Fkip Unram, “ Ini berawal dari kegelisahan terhadap kebudayaan Sasak, mereka yang memiliki kegelisahan yang sama membayangkan cara menyelesaikan yang sama bergabung menjadi satu pada saat itu membentuk ungkapan-ungkapan, pernyataan-pernyataan yang disampaikan dalam satu tulisan, awalnya tulisan itu manifesto kebudayaan, datanglah saya dan saya bilang kok kedengarannya kayak komunis aja, saya tidak setuju sebagai seorang muslim ada yang namanya Piagam Madinah kenapa tidak kita sebut Piagam Gumi Sasak, manifesto itu Cuma nama lain dari Piagam”. Oleh karena beralih nama dari manifesto kebudayaan menjadi Piagam Gumi Sasak.

Piagam Gumi Sasak dibacakan pertama kali pada tanggal 26 Desember 2015 oleh Dr. Muhammad Fadjri di Museum Negeri NTB yang dihadiri oleh tokoh-tokoh agama, tokoh adat dan lain sebagainya. Didalam isi Piagam Gumi Sasak tertera bahwa menjadi bangsa Sasak adalah sebuah amanah mengapa? Karena sebagai orang sasak memiliki tanggung jawab untuk memahami Sasak, mengembangkan budaya sasak dan menjadikan keberadapan budaya, kaakter-karakter luhur kita sebagai pondasi, penompang dan cerminan kita untuk menjali kehidupan bukan meminjam cermin pada bangsa lain dan menggantungkan kelangsungan bangsa kita pada bangsa lain.

Inti dari diproklamirkan Piagam Gumi Sasak ini adalah untuk mengembalikan bangsa sasak pada jati dirinya yang sebenarnya dan menghilangkan berbagai macam persepsi-persepsi negatif terhadap sejarah budaya Sasak yang sebenarnya memang sengaja disebarkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk menjauhkan bangsa Sasak dengan budayanya sehingga jati dirinya pun hilang.

sekian informasi dari blog kecil saya, terima kasih.
salam damai dari pulau kecil kami

Jumat, 22 Desember 2017

Pakaian Adat Sasak : Pengantin Bangsawan Sasak


Salah satu pakaian adat sasak yang digunakan oleh para bangsawan sasak saat acara   
Pernikahan. Selain berfungsi sebagai pakaian pernikahan, tp juga berfungsi sebagai lambang status kebangsawanan dari keluarga kerajaan sasak pada masa itu. Sampai sekarang sering digunakan saat prosesi nyongkolan.

1. Busana Pengantin Pria
   terdiri dari : a. Sapuq (ikat kepala)
                       b. Kelambi Jas
                       c. Selewoq (kain panjang)
                       d. Kereng Songket (kain songket)
                       e. Keris

2. Busana Pengantin Wanita
terdiri dari :
 a. Sanggul yang dihiasi onggar-onggar,, tusuk konde, kepang siak, semi, centong, sanggul kedebong, malang perumbaq, semanggi, bunga cempaka,, bunga kumitir, dan bunga mawar.
b. Sengkang, subang
c. Tondang, kalung
d. Ikat pinggang
e. Teken ima (gelang tangan)
f. Kelambi/ Kebaya
g. Kereng Songket
h.Kebon odeq (Lambang kesuburan)
i. Karas (tempat sirih pinang)
j. Hiasan Pelaminan

sekian info dari saya,,semoga semakin menambah kecintaan kita terhadap budaya daerah asal.
salam damai dari pulau kecil kami yang indah.

Rabu, 20 Desember 2017

Nyongkolan : Tradisi Suci Suku Sasak

Nyongkolan adalah sebuah kegiatan adat yang menyertai rangkaian acara dalam prosesi perkawinan pada suku sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat. kegiatan ini berupa arak-arakan kedua mempelai dari rumah mempelai pria ke rumah mempelai wanita, dengan diiringi keluarga dan kerabat mempelai pria, memakai baju adat, serta diiringi dengan Gendang beleq. Tujuan dari prosesi ini adalah untuk memperkenalkan pasangan mempelai tersebut ke masyarakat, terutama pada kalangan kerabat maupun masyarakat dimana mempelai tinggal.Tradisi berupa arak-arakan ini seringkali kita jumpai di jalanan pulau Lombok terutama pada akhir pekan.
Seiring berjalannya waktu, tradisi ini tidak lagi memegang kebudayaan leluhurnya. Seperti iringaan gendang beleq diganti dengan iringan musik kecimol dengan perpaduan dangdut dan musik tradisionalnya yang sering sekali membuat kegaduhan dalam barisan arak-arakan nyongkolan ini. apalagi dengan adanyaa joget(penari waanita)di barisan paling belakang tempat grup musik pengiring berada, menambah kegaduhan yang sangat bertentangan dengan budaya leluhur. Banyak sekali fenomena yang kita lihat saat ini, dimana budaya nyongkolan dijadikan ajang mabuk-mabukan, ajang memperlihatkan ilmu kebal dan tawuraan antar warganya yang tidak jarang berakhir dengan kematian.
Budaya ini sebenarnya sangat bagus, dengan tujuan yang jelas untuk mengenalkan pengantin kepada masyarakat agar dapat bersosialisasi dengan baik. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika nilai-nilai budaya nyongkolan yang sudah ada tidak dirubah. Dengan menerapkan kembali kebiasaan-kebiasaan yang dulu dilakukan. Karena pada hakikatnya nyongkolan itu membawa mempelai wanita ke orang tua nya secara terhormat dan disambut dengan cara yang terhormat oleh pihak keluarga mempelai wanita.