Diera modern seperti saat ini, dengan berbagai gempuran budaya dari luar yang masuk ke indonesia secara perlahan mulai mengikis budaya asli negara kita, terlebih lagi dikalangan pemuda saat ini, Sungguh ironi memang, para pemuda zaman skarang lebih menggandrungi budaya luar ketimbang budaya sendiri, hal ini berlaku juga di salah satu pulau kecil nan indah di bagian tengah indonesia. Pulau Lombok, yang dijuluki pulau seribu masjid dan pulau dengan masyarakat suku sasak yang terkenal akan keramahan dan kesopan santunan mereka. Budaya sasak sangat kental terasa diberbagai pelosok pulau Lombok, namun seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan tersebut mulai perlahan terkikis oleh arus globalisasi.
Melihat kondisi ini, salah seorang profesor bersama beberapa pemerhati sejarah dan budaya di pulau lombok. Mengikrarkan sebuah pernyataan yang sangat mengejutkan, pernyataan tersebut dikenal dengan nama "Piagam Gumi Sasak". Piagam ini di ikrarkan untuk mengangkat kembali dan melestarikan budaya sasak yang mulai tergerus oleh zaman.
Piagam ini dimaksudkan agar semua generasi muda sasak dapat melestarikan kembali kebudayaan daerah asal mereka.
Berikut isi "Piagam Gumi Sasak"
PIAGAM GUMI SASAK
BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIM
Menjadi bangsa Sasak adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT dan generasi mendatang. Menunaikan amanah Sasak itu sejatinya merupakan matarantai sejarah kemanusiaan, melalui symbol-symbol yang diletakkan dalam pemikiran bangsa Sasak yang terhampar di Gumi Paer. Symbol-simbol yang diletakkan itu merupakan tanda-tanda yang terbaca yang membawa kembali menuju jati dirinya yang sebenarnya.
Perjalanan sejarah bangsa Sasak yang diwarnai oleh hikmah yang tertuang dalam berbagai bencana yang menenggelamkan, mengaburkan , dan menistakan keluhuran budaya Sasak. Berbagai catatan penekanan, pendangkalan makna, pengetahuan jati diri, sampai pembohongan sejarah dengan berbagai kepentingan para penguasa yang masih berlangsung hingg saat ini, melalui pencitraan budaya dan sejarah bangsa yang ditulis dengan perspektif dan kepentingan kolonialisme dan imperialism modern. Hal itu telah membuat bangsa ini menjadi bangsa inferior yang tak mampu tegak di antara bangsa-bangsa lain dalam rangka menegakkan amanat kefitrahannya sebagai bangsa.
Sadar akan hal tersebut, kami anak-anak bangsa sasak mengumumkan PIAGAM GUMI SASAK sebagai berikut :
Pertama :
Berjuang bersama menggali dan menegakkan jati diri bangsa Sasak demi kedaulatan dan kehormatan budaya Sasak
Kedua :
Berjuang bersama memelihara, menjaga dan mengembangkan khazanah intelektual bangsa Sasak agar terpelihara kemurnian kebenarannya, kepatutan, dan keindahannya sesuai dengan roh budaya Sasak.
Ketiga:
Berjuang bersama menegakkan harkat dan martabat bangsa Sasak melalui karya-karya kebudayaan yang membawa bangsa Sasak menjadi bangsa yang maju dan menjunjung tinggi nilai religiusitas dan tradisionalitas.
Keempat :
Berjuang bersama membangun citra sejati bangsa Sasak baru dengan kejatidirian yang kuat untuk menghadapi tantangan peradaban masa depan.
Kelima :
Berjuang bersama dalam satu tatanan masyarakat adat yang egaliter, bersatu dan berwibawa dalam bingkai Negara Kesatuan Repuplik Indonesia.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan serta memberkahi perjalanan bangsa Sasak menuju kemaslahatan seluruh umat manusia.
Mataram, 14 Mulut Tahun Jenawat / 1437 H
26 Desember 2015
Ditandatangani bersama kami,
- Drs. Lalu Azhar
- Drs. Haji Lalu Mujtahid
- Drs. Lalu Baiq Windia M.Si
- TGH. Ahyar Abduh
- Drs. Haji Husni Mu’adz MA., Ph. D
- Dr. Muhammad Fajri, M.A
- Dr. Jamaludin, M. Ag
- Dr. Lalu Abd. Kholik, M.Hum.
- Drs. H. A. Muhit Ellepaki, M. Hum
- Dr. H. Sudiman M. Pd
- Dr. H. L., Agus Fathurraman
- Mundzirin
- L. Ari Irawan, SE., S. PD., M. Pd
Menurut bapak Murahim M.Pd, dosen sastra di FKIP unram sekaligus budayawan
Sasak yang kami temui diruangannya (Rabu/27/12/2017) “ Kami sebagai tokoh
budaya merasa bertanggung jawab bagaimana memperbaiki dan mengarahkan budaya
kepada yang seharusnya dan itu tidak bisa kami lakukan sndiri oleh karena itu
kami mengumpulkan semua tokoh budaya,tokoh-tokoh agama, dan majlis adat Sasak,
pengemban Gumi Paer sehingga munculnya manifesto kebudayaan namun nama diganti
dengan Piagam Gumi Sasak”.
Hal serupa juga disampaikan oleh Dr. Muhammad Fadjri selaku budayawan
dan dosen di Fkip Unram, “ Ini berawal dari kegelisahan terhadap kebudayaan
Sasak, mereka yang memiliki kegelisahan yang sama membayangkan cara
menyelesaikan yang sama bergabung menjadi satu pada saat itu membentuk
ungkapan-ungkapan, pernyataan-pernyataan yang disampaikan dalam satu tulisan,
awalnya tulisan itu manifesto kebudayaan, datanglah saya dan saya bilang kok
kedengarannya kayak komunis aja, saya tidak setuju sebagai seorang muslim ada
yang namanya Piagam Madinah kenapa tidak kita sebut Piagam Gumi Sasak,
manifesto itu Cuma nama lain dari Piagam”. Oleh karena beralih nama dari
manifesto kebudayaan menjadi Piagam Gumi Sasak.
Piagam Gumi Sasak dibacakan pertama kali
pada tanggal 26 Desember 2015 oleh Dr. Muhammad Fadjri di Museum
Negeri NTB yang dihadiri oleh tokoh-tokoh agama, tokoh adat dan lain
sebagainya. Didalam isi Piagam Gumi Sasak tertera bahwa menjadi bangsa Sasak
adalah sebuah amanah mengapa? Karena sebagai orang sasak memiliki tanggung
jawab untuk memahami Sasak, mengembangkan budaya sasak dan menjadikan
keberadapan budaya, kaakter-karakter luhur kita sebagai pondasi, penompang dan
cerminan kita untuk menjali kehidupan bukan meminjam cermin pada bangsa lain
dan menggantungkan kelangsungan bangsa kita pada bangsa lain.
Inti dari diproklamirkan Piagam Gumi
Sasak ini adalah untuk mengembalikan bangsa sasak pada jati dirinya yang
sebenarnya dan menghilangkan berbagai macam persepsi-persepsi negatif terhadap
sejarah budaya Sasak yang sebenarnya memang sengaja disebarkan oleh orang-orang
yang tidak bertanggung jawab untuk menjauhkan bangsa Sasak dengan budayanya
sehingga jati dirinya pun hilang.
sekian informasi dari blog kecil saya, terima kasih.
salam damai dari pulau kecil kami